Malang—Universitas Negeri Malang (UM) kembali menorehkan prestasi dalam bidang penelitian inovatif. Kali ini, Puput Risdanareni, S.T., M.T., Ph.D., dosen Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil dan Perencanaan, berhasil mengembangkan teknologi beton canggih, yakni Self-Healing Concrete. Inovasi ini disampaikan dalam acara Cakrasena: Diseminasi 14 Profesor dan 70 Doktor di UM. Penelitian tersebut menawarkan solusi untuk memperpanjang umur pakai beton sekaligus menekan biaya perawatan yang umumnya mahal.
Retakan pada beton sering kali menjadi masalah besar bagi infrastruktur karena mempercepat kerusakan bangunan akibat masuknya air dan zat-zat kimia berbahaya, seperti klorida dan karbon dioksida. Menanggapi hal ini, konsep Self-Healing Concrete dikembangkan. Pada dasarnya, beton tersebut mampu memperbaiki keretakan secara otomatis dengan bantuan aktivitas mikroba yang dapat mengendapkan kalsium karbonat (CaCO₃) dalam retakan yang terbentuk.
Namun, salah satu tantangan utama dalam penerapan teknologi ini adalah menjaga kelangsungan hidup bakteri yang berperan dalam penyembuhan retakan. Untuk mengatasi kendala ini, Puput Risdanareni mengembangkan Alkali Activated Lightweight Aggregate (LWA) berbasis Fly Ash sebagai pembawa bakteri yang efektif. LWA dengan porositas tinggi dan kompatibilitas yang baik dengan beton, dapat memperpanjang usia hidup bakteri di dalamnya.
LWA diproduksi melalui proses granulasi, menggunakan bahan baku Fly Ash dan limbah industri lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agregat ringan berbasis Fly Ash ini mampu melindungi sel vegetatif bakteri B. Sphaericus, yang memegang peran penting dalam penyembuhan retakan.
Hasil uji coba menunjukkan bahwa LWA berbasis Fly Ash memberikan perlindungan yang memadai bagi bakteri untuk menyembuhkan retakan hingga usia beton 90 hari. Selain itu, penggunaan 30% LWA dalam campuran beton menghasilkan performa penyembuhan yang baik, meskipun masih terdapat beberapa kendala seperti ekspansi yang berlebihan pada beberapa sampel.
Inovasi ini menunjukkan bahwa Fly Ash-based Alkali Activated Lightweight Aggregate dapat menggantikan agregat halus komersial dalam produksi beton, sekaligus mendukung proses penyembuhan retakan. Hal ini memberikan peluang baru bagi pengembangan material konstruksi yang lebih berkelanjutan, dengan memanfaatkan limbah industri, selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada tujuan ke-9 terkait industri, inovasi, dan infrastruktur.
Puput Risdanareni berharap inovasi ini dapat memberikan dampak nyata bagi dunia konstruksi, terutama dalam memperpanjang usia bangunan dan infrastruktur.
Pewarta: Afgian Gala Mahiya Ikhsan – Internship Humas UM
Foto: Durrotun Hilmi Esa Sasmita – Internship Humas UM
Editor: Muhammad Salmanudin Hafizh Shobirin – Humas UM